Rabu, 23 Maret 2011

Melawan Keterbatasan!

Di kutip dari
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=18101.0
Melawan Keterbatasan!
« previous next »

Kekaguman saya
   Saya barusan terpana saat membaca salah satu halaman di suatu majalah terkemuka mengenai finalis  danamon award dengan beragam kategori pejuang diberagam bidang. Saya akan mengutip salah satu sosok, Erwan Asbun , yang dijelaskan di halaman tersebut

 
   Saya tempatkan kekaguman dan hormat saya yang setinggi-tingginya untuk beliau saat membaca barisan kalimat singkat tersebut. Saya tak tau latar belakang apa yang menyebabkan beliau bisa sampai terjun beraktivitas sedemikian rupa (dan saya juga tak mau ambil pusing untuk itu), yang saya sangat kagumi ialah bagaimana beliau mampu melakukan itu semua, mencoba membasmi akar masalah dengan aksi nyata, dan membiayai dengan mengorbankan kepentingannya.

   Selain beliau ada juga beragam sosok lainnya, sosok-sosok hebat, sosok-sosok pejuang, pahlawan, pioneer dalam beragam hal.


   Pak erwan yang memecah sepi desa terpencil, Bau Bango, Katingan, Kalimantan Tengah yang awalnya tak punya sarana komunikasi. Beliau kreatif mendirikan radio Asbun (yah anda tak salah baca, nama radionya memang “Asbun”) dengan niat menjadikannya sarana informasi dan hiburan masyarakat. Ide yang direalisasikan secara nyata tersebut bahkan mampu menghilangkan kebiasaan berkelahi massal yang sering terjadi disana.

   Ah benar-benar sosok-sosok yang hebat,  sosok yang mampu menginspirasi, sosok yang bisa berjuang ditengah beragam keterbatasan dan kekurangan tanpa takut untuk berkorban.  Bagi saya mereka (dan sosok-sosok lainnya yang tak saya tuliskan) pantas untuk mendapatkan predikat “pahlawan” (walau saya tahu mereka sama sekali tak membutuhkan titel itu)

Renungan saya
   Selepas membaca satu halaman itu saya tertarik dalam satu renungan sederhana. Mengenai bagaimanakah sosok-sosok itu benar-benar bisa berkilau menginspirasi dengan tindakannya. Mencoba me-reka apa yang mereka lakukan, mencoba membayangkan dan terutama menarik hikmah atasnya.

   Satu kesamaan utama yang beliau-beliau ini miliki ialah kesediaan untuk berjuang merealisasikan apa yang mereka anggap baik demi membantu sesama. Bagi saya, kesediaan itu benar-benar mengagumkan karena mampu mematahkan rasa malu dan tidak berdaya akan keterbatasan bahkan mampu mengoyak selubung jengah ketakutan akan pengorbanan.

   Jamaknya yang sering kita lakukan saat mau melakukan beragam hal ialah berkilah.

    “wuah saya ndak punya uang, wuah saya ndak punya waktu..bla bla bla.”

   Padahal yang paling benar ialah wuah saya ndak punya “mau”. Kita haruslah malu kepada ibu kiswanti yang hanya merupakan istri seorang buruh bangunan. Kalau mau kita berhitung berapa kah penghasilan seorang buruh bangunan? Cukupkah untuk mendirikan taman bacaan? Bagaimana mungkin beliau dengan keterbatasan itu mampu mendirikan dan meluangkan waktu untuk mengurusinya? Apakah kita tak sepantasnya malu kalau melihat usaha beliau?

   Selain itu bagaimana pengorbanan yang mereka berikan merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan. Bagaimana seorang ibu lilik “tega” menjual rumahnya demi kegiatan sosialnya. Dan itu belum termasuk pengorbanan beliau untuk total bergerak disana, mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan mencoba melawan arus umum dengan membasmi akar permasalahan. Hal yang sama patut direnungkan dari pak erwan yang mau sepenuhnya terjun memecahkan masalah komunikasi di pedesaan yang bahkan menciptakan efek memecahkan persoalan perkelahian disana.

   Saya rasa inilah yang seharusnya kita contoh dan kita tiru. Berapa banyak diantara kita yang berkomentar mengharap perubahan akan beragam masalah di Indonesia? Saya pikir semuanya akan mengacungkan tangannya kalau saya bertanya demikian. Tapi saat saya bertanya, berapa banyak diantara kita yang bersedia dan mau terjun dalam aksi nyata mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan hartanya demi memecahkan beragam masalah di indonesia? Berapa orangkah yang bersedia mengacungkan tangannya? Kita juga harus membiasakan untuk membasmi akar masalah, membasmi secara permanen bukan hanya untuk sementara.

       Kita setuju kalau indonesia sekarang sedang sakit! Maka dibutuhkan manusia-manusia tangguh untuk menyembuhkannya, manusia-manusia yang tak hanya mengharapkan keajaiban, manusia-manusia yang tak hanya menyalahkan kepemerintahan, manusia-manusia yang tak manja dan rela berpeluh keringat dalam aksi nyata. Sosok-sosok langka yang diperlukan di beragam bidang.

   Lihatlah daerah-daerah yang merana ditinggal anak mudanya, lihatlah lingkungan-lingkungan kumuh yang membutuhkan beragam bantuan intelektual untuk menatanya, lihatlah kaum fakir miskin yang menanti binaan dari orang-orang kaya. Kita sadar faktanya bukan? Kalau negara diam terus kita juga diam trus keadaan apakah bisa berubah? Apakah kita sebagai manusia (dan warga negara) hanya ingin enak dengan bermain aman di belakang saja?

   Bukankah ada pepatah terkenal untuk tidak hanya mempertanyakan apa yang negara bisa lakukan untukmu tapi juga tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk negaramu?

   Bukankah orang-orang tua berkata kita mati hanya meninggalkan nama? Bukan harta melimpah, bukan gedung kantor megah, bukan pula kendaraan wah.

   Bukankah sosok-sosok hebat itu ibarat lilin yang menerangi kegelapan? Walau sayangnya yang kita ingat hanyalah bagian menjadi “penerang-”nya saja, lupa sama sekali fakta bahwa lilin itu berkorban meleleh demi meneranginya.

   Bukankah perubahan itu tak akan datang kalau tidak diusahakan? Mau bagaimanapun kita mengeluh, mau bagaimanapun kita berkomentar, kalau tidak dibarengi oleh kerja keras perubahan itu tidak akan datang bukan?

   Sejatinya tulisan ini paradoks karena saya tau hidup itu pilihan. Pilihan anda untuk menjalani kehidupan anda, pilihan saya untuk hidup saya, tapi biarlah tulisan ini menjadi awal langkah saya untuk mengajak anda merenungkan satu hal yang sering terlupa “selain anda dan saya, bukankah juga ada mereka?”. Jadi mari lebih bersedia, lebih peduli dan berkontribusi untuk indonesia yang kita cinta. Siapa tahu beberapa tahun kedepan malah saya melihat nama anda bersanding dengan nama saya di halaman majalah terkemuka dengan kategori pejuang dibidang yang kita bisa.




Kecintaan dalam menekuni aktivitas dan hobi, cepat atau lambat pasti akan membuahkan hasil. Ketulusan dalam menjalankan kegemaran pribadi ternyata juga bisa memberi dampak positif bagi masyarakat. Itulah kisah inspirasi Semangat Bisa yang bisa kita tangkap dari kegiatan yang dilakukan Erwan Asbun, salah satu finalis Danamon Award 2010.

“Erwan Asbun si Komunikator Nasionalis” demikian julukan yang kini disandang Erwan pria  yang tinggal di desa Baun Bango, Katingan, Kalimanatan Tengah. Julukan itu tak datang secara kebetulan. Ketulusan dan kecintaan Erwan terhadap dunia radio lah yang menjadikan dirinya dikenal dan dihargai oleh banyak kalangan.

Kisah sosok inspiratif kita ini awalnya hanya ingin memecahkan keheningan dan menepis kejenuhan di kampung dimana Ia tinggal. Kampung Baun Bango mulai digelitik ketika Erwan mendirikan stasiun radionya sendiri.

Peralatan sederhana yang dibeli Erwan secara bertahap mulai dirakit dengan motivasi semangat bisa. Semula radio Erwan yang di namainya dengan Radio Asbun, memiliki kekuatan 12 Watt dan mengudara selama 6 jam sehari. Nama Asbun diambil Erwan karena menganggap radionya mampu hadir untuk penduduk desa dengan prinsip utama “Asal Bunyi”.

Mengudara sejak 1 Juli 2005  radio buah karya Erwan talah menjadi sarana hiburan dan sumber informasi bagi masyarakat di sana. Radio Asbun terus mengudara secara berkesinambungan bersama semangat nasionalisme yang ada dalam diri Erwan.

Lebih dari sekedar menghibur dan memberi informasi pada masyarakat sekitarnya Radio Asbun yang didirikan Erwan dengan Semangat Bisa, telah berhasil menjadi inpirasi sukses pemersatu bagi masyarakat. Berkat siaran Erwan yang mampu memberikan informasi positif, kebiasaan tawuran masal antar kampung yang semula sering terjadi di sana dapat dihilangkan. Masyarakat saling toleran karena isi siaran Radio Asbun yang kuat dengan pesan-pesan pemersatu.

Semangat untuk bisa memberdayakan sesama kini tertuang melalui dukungan Erwan untuk masyarakat dengan menyiarkan program berisi penyuluhan pertanian dan kesehatan. Kisah inspirasi dari sosok sederhana ini sungguh menggugah semangat bisa yang penuh nilai nasionalisme.

Untuk mengungkap lebih dalamkisah inspirasi semangat bisa yang di bawa oleh Erwan Asbun, si Komunikator Nasionalis saksikan program televisi Semangat Bisa di GlobalTV Sabtu pukul 10.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar